Saturday, February 24, 2018

Fitrah Belajar

Aliran Rasa Games Level #4 Kelas Bunda Sayang "Gaya Belajar"

Murtadha Muthahari, seorang Filosof besar abad ini menjelaskan bahwa fitrah adalah sesuatu yang bersifat alami, merupakan asal (pembawaan) pada manusia, tidak dapat diusahakan. Fitrah semacam kesadaran yang ada pada diri manusia terhadap perkara-perkara yang bersifat fitri atau alami. Manusia pun menyadarinya.

Menurut fitrahnya manusia semestinya belajar – seperti yang diajarkan oleh Rasulullah saw. – dari buaian hingga ajal menjemput. Karunia akal bukanlah sesuatu yang gratis dan sebagai hiasan pelengkap saja. Untuk mendukung fungsi akal, Allah memberi manusia panca indera. Manusia diingatkan untuk senantiasa menggunakan indera dan akalnya dengan benar secara terus-menerus. Manusia mesti pandai-pandai melihat dan mengambil pelajaran dari apa yang dilihatnya, pandai-pandai mendengar dan mengambil pelajaran dari apa yang didengarnya, begitulah seterusnya… Manusia juga mesti terus menggunakan akalnya untuk berfikir dan memikirkan apa-apa yang sudah ditangkap oleh inderanya.

Di dalam Al-Qur’an banyak bertaburan ayat-ayat yang merangsang manusia untuk belajar, memprovokasi manusia untuk melakukan perjalanan, pengembaraan, penglihatan, baik secara fisik ataupun fikiran, untuk bisa menangkap tanda-tanda kekuasaan Sang Pencipta, untuk mengambil pelajaran dari isyarat-isyarat yang terkandung dalam peristiwa sejarah dan kehebatan kejadian alam, untuk menguak ilmu yang terpendam di dalam ketidaktahuan manusia. Allah kemudian mengapresiasi siapa saja yang bersedia menggunakan akal fikiran, mata dan telinganya untuk belajar dan mencari ilmu. Di dalam hadits Nabi banyak bertaburan sabda yang menguatkan apresiasi Sang Pencipta bagi para penuntut ilmu, para pembelajar, orang-orang yang mensyukuri karunia akal dengan menggunakannya untuk belajar.

Allah mengecam manusia yang tidak memanfaatkan dan memfungsikan indera dan akalnya dengan firman-Nya (QS. Al-A’raf ayat 179) sebagai berikut:

لَهُمْ قُلُوْبٌ لاَ يَفْقَهُوْنَ بِهاَ وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَ يُبْصِرُوْنَ بِهاَ وَلَهُمْ آذاَنٌ لاَ يَسْمَعُوْنَ بِهاَ،
أُلَئِكَ كَاْلأَنْعاَمِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ

Mereka memiliki akal tetapi tidak dipergunakan untuk memahami, mereka memiliki mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat, mereka memiliki telinga tetapi tidak dipergunakan untuk mendengar. Mereka seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat.
Belajar sepanjang hayat, itulah fitrah manusia sejati. Orang yang sudah berhenti belajar, tidak mau belajar lagi, dan tidak mau mengambil pelajaran, barangkali sudah mulai kehilangan kemanusiaannya.

No comments:

Post a Comment