Monday, March 26, 2018

Task 6 Shokyuu Konmari : Tidying Festival - Books πŸ“•πŸ“—πŸ“˜πŸ“™

Task 6: Tidying Festival - Books πŸ“•πŸ“—πŸ“˜πŸ“™

Untuk Task 6, siswa Shokyuu Konmari akan mendapat tugas :

1. Mengirimkan before dan after Konmari rak buku teman-teman

Before:




After:










2. Apa saja kesulitan yang teman-teman alami ketika berbenah buku ala Konmari?

Berhubung kami baru setahun menempati rumah baru, jadi tidak ada kendala yang mamak alami. Karena buku-buku jadul tinggal di rumah orangtua, dan yang dibawa ke rumah adalah buku-buku yang spark joy dan yang dibutuhkan saja.

Mamak hanya membenahi penataannya saja. Yang sebelumnya letak rak buku tersembunyi, sehingga membuat malas mengambil buku. Sekarang letaknya lebih mudah dijangkau, susunan buku juga dikelompokkan sesuai dengan warnanya sehingga lebih spark joy.

#konmariindonesia #shokyuuclass #konmarimethod*

Sunday, March 25, 2018

Aliran Rasa, Menstimulasi Anak Gemar Membaca

Tantangan ini sebenarnya sudah mamak cicil sejak Janna umur 3 bulan, jadi sudah tidak terlalu menantang lagi...wkwkwk

Alhamdulillah karena sudah distimulasi membaca sejak umur 3bulan, diumur 9 bulan Janna sudah bisa memilih sendiri buku yang mau dibacakan. Sekarang diumurnya yang 15bulan, janna sudah sensitif sekali terhadap huruf. Jadi sekaranv asal lihat huruf, bawaannya mengeja. Mengeja dengan bahasa planetnya..hehe

Sebagian buku bacaan Janna 
Pohon Literasi Kami pada hari ke-10

Monday, March 19, 2018

Task 5 Shokyuu KonMari_Tidying Festival - Clothes Part 2 (end)

Task 5: πŸŽ‰πŸŽ‰ *Tidying Festival - Clothes Part 2 (end)*πŸŽ‰πŸŽ‰

Melanjutkan festival minggu lalu

1. Foto lemari yang menurut mamak sudah *spark joy* ✨✨✨







2. Perbedaan yang dirasakan setelah membereskan? 

Setelah membereskan pikiran lebih plong..walaupun pada saat memilah, rasanya mau menyerah aja karena ga selesai-selesai. Setelah pakaian tertata rapi rasanya menyenangkan sekali juga plong seperti pada saat mengetahui lulus ujian skripsi dengan nilai A. Yahooo...

Sekarang setiap kali membuka lemari, seperti dapat suntikan vitamin C..segeerrrr😍😍😍

Saturday, March 17, 2018

Phonic Quran Book

Games Level 5: Hari ke-10 Phonic Quran Book


Buku Phonic Base on Al-Qur’an. Buku yang berisi pengenalan huruf melalui metode phonic dan dikaitan dengan kisah-kisah dalam Al-Qur’an.
Dalam buku ini, anak-anak dapat menyentuh setiap huruf dengan tangannya.
Dalam buku ini juga anak-anak dapat melihat ilustrasi kisah sehingga dalam benak mereka setiap phonic dapat langsung terasosiasi dengan kisah dalam Al-Qur'an.
Buku ini emadukan konsep sand paper letter Montessori sehingga setiap huruf dapat disentuh oleh anak. Menyentuh huruf merupakan bagian penting dari proses pembelajaran menulis dan membaca.
Dengan menyentuhnya, anak-anak dapat mengasosiasikan phonic dengan hurufnyabelajar arah penulisan hurufmembangun kesan otot tangan dan visual terhadap huruf, serta mengingat bentuk huruf itu sendiri.
Dengan demikian, melalui hadirnya buku Phonic Base on Al-Qur’an ini, anak-anak Muslim tak hanya sekadar mampu membaca. Namun, lebih dari itu: ia menyukai dan terus berupaya membaca sebagai bagian dari pintu gerbang membuka ilmu-ilmuNya.



Mengenal Wordless Picture Books si Buku Bayi

Games Level level 5: Mengenal Wordless Picture Books si Buku Bayi

Buku bergambar atau picture books adalah jenis buku yang paling banyak diproduksi untuk anak-anak. Buku jenis ini mengkombinasikan gambar dan teks. Dalam buku bergambar, konten text dan ilustrasi sama-sama kuat.

Spesifikasi buku dapat dikatakan picture books apabila,  ketebalan buku 24 hingga 32 halaman. Biasanya halaman pendahulu hanya terdiri atas halaman judul dan halaman imprint (keterangan hak cipta). Tidak lazim dalam buku bergambar terdapat daftar isi, kata pengantar maupun pendahuluan.
Jumlah kata dalam buku bergambar biasanya 200 hingga 1.500 kata. Artinya sebuah teks buku bergambar apabila dituliskan ke dalam kertas A4 dengan spasi 1,5 hanya berkisar 5 halaman. Akan tetapi Wordless picture book merupakan buku bergambar yang sedikit sekali memuat teks atau kata-kata.

Wordless Picture Books sesuai dengan namanya hanya menyajikan ilustrasi dan umumnya ilustrasi yang bercerita. Anak-anak dibiarkan berimajinasi membentuk ceritanya sendiri dari gambar.

Hari ini Janna membaca beberapa Wordless Picture Books (WPB) nya.

Friday, March 16, 2018

Mengajarkan Sholat kepada Anak Menjadi Lebih Mudah

Games Level 5: Hari ke-8 Mengajarkan Sholat kepada Anak Menjadi Lebih Mudah 

Kemajuan teknologi yang semakin pesat membuat kegiatan belajar mengajar juga lebih mudah. Saat ini untuk mengajarkan sholat kepada anak juga lebih mudah. Kalau mamak jaman dulu mengandalkan buku sejuta umat yang berwarna ungu. wkwkwk

kayaknya kids jaman old pada punya deh buku ini

Sekarang belajar sholat bisa melalui aplikasi. Aplikasi ini adalah media pembelajaran berbasis augmented reality yang diintegrasikan dengan kartu bergambar animasi 3D. Dalam aplikasi ini, anak-anak akan diajak untuk belajar tata cara shalat dan wudhu, baik gerakan maupun bacaannya. Tak hanya itu, dalam aplikasi dan kartu ini, kami sertakan tata cara tayamum dan juga doa sehari-hari. Dilengkapi pula dengan aplikasi pengingat waktu shalat.

Pembelajaran shalat dan wudhu akan menjadi menyenangkan karena aplikasi ini sangat mudah digunakan, aplikatif, & interaktif. Apalagi, anak-anak akan dimanjakan dengan tampilan animasi 3D yang menarik.






Janna semangat sekali memainkan kartu ini, sampai keningnya berkerut.hehehe




Biarkan Anak Memilih Buku Bacaannya Sendiri


Games Level 5: Hari ke-7 Biarkan Anak Memilih Buku Bacaannya Sendiri 

Life long education (pendidikan sepanjang hayat) seharusnya tak hanya menjadi slogan kosong. Semboyan itu adalah panduan bagi siapa pun yang ingin menjadikan dirinya tumbuh lebih baik dalam tataran pemikiran, sikap, dan perilaku.

Membiarkan anak mengambil keputusan untuk dirinya sendiri adalah bekal untuk membuatnya jadi semakin percaya diri.

Banyak anak akan bingung ketika ia diminta memutuskan sesuatu. "Ini normal untuk anak usia 5-6 tahun, ketika mereka diminta membuat keputusan tentang hal-hal tertentu, seperti memilih sayur yang mau dimakan, memilih mainan, memilih rasa es krim, dll," kata Tamar Chansky, Ph.D., psikolog anak sekaligus penulis buku Freeing Your Child From Anxiety. Penyebabnya adalah kurangnya pengalaman anak. "Selama ini, orang tua membuat sebagian besar keputusan untuk anak-anaknya. Nah, ketika anak-anak ini kemudian masuk sekolah, dunia mereka semakin luas, dan ada lebih banyak kesempatan bagi mereka untuk membuat pilihan. Inilah yang kerap membuat anak-anak bingung," katanya.

Belajar membuat pilihan sendiri akan membantu anak-anak menjadi lebih mandiri, bertanggung jawab, dan percaya diri. Itu sebabnya, kemampuan mengambil keputusan adalah keterampilan penting yang harus segera diajarkan kepada anak.

Hal di atas juga mamak terapkan kepada Janna ketika memilih buku yang akan dibaca. Mamak jembreng (bahasa indonesianya apa ya?hehe) buku di depan Janna dan mamak biarkan dia memilih satu buku untuk dibacakan. Pada hari ini Janna memilih The Lion and the Mouse untuk mamak bacakan.




Mengajarkan Anak Membaca Sejak Dini?

Games Level 5: Hari ke-6 Mengajarkan Anak Membaca Sejak Dini?

Berbagai pro dan kontra tentang anak usia dini, apakah boleh belajar membaca, menulis dan berhitung masih menjadi pembicaraan di masyarakat. Berbagai penelitian dan pendapat yang mendukung bahwa anak usia dibawah 7 tahun boleh untuk belajar calistung, dan penelitian lain berbeda pendapat bahwa anak pada usia tersebut jangan diberikan pelajaran calistung. Mereka khawatir bila anak sejak kecil sudah dipaksakan belajar, lama kelamaan akan menjadi bosan dan justru ketika saatnya usia SD mereka justru akan mogok sekolah.

Alasan kontra tersebut selaras dengan penelitian seorang ahli psikolog perkembangan anak dari Swiss, Jean Piaget, seperti yang dituangkan oleh Afin Murtie pada bukunya Mengajari Anak Calistung dengan Bermain. Ia menyatakan bahwa pendidikan membaca, menulis dan berhitung jangan sampai diperkenalkan kepada anak-anak dibawah usia 7 tahun. Alasannya, karena pada masa itu anak-anak belum dapat berpikir operasional konkret sehingga ditakutkan pelajaran tersebut akan membebani mereka yang belum mampu untuk berpikir secara terstruktur. Sementara itu kegiatan calistung sendiri didefinisikan sebagai kegiatan yang memerlukan cara berpikir terstruktur, sehingga tidak sesuai bila diajarkan pada anak usia dibawah 7 tahun. Apalagi pada anak-anak usia bayi dan balita. Piaget mengkhawatirkan otak anak-anak tersebut menjadi terbebani dan tujuan awal mencerdaskan anak menjadi dilema karena justru anak-anak menjadi tidak bahagia dan tidak bisa menikmati kehidupan mereka.

Tetapi Jim Trelease menunjukkan dalam bukunya yang bertajuk The Read Aloud Handbook bahwa mengenalkan membaca kepada anak dapat dimulai semenjak anak mulai mampu mengikuti gerakan kita dengan penglihatannya. Ini sekitar usia 4 bulan.

Selain Jim Trelease ada beberapa peneliti lainnya yang menyangkal pendapat Piaget tersebut, diantaranya :
  • Glenn Doman dengan kartu flash-nya, dimana ia menunjukkan bahwa pada bayi jauh lebih mampu belajar dari yang kita bayangkan.
  • Howard Gardner, psikolog perkembangan dari Amerika, tentang cara memandang calistung sebagai sebagian kecil keterampilan yang seharusnya diperoleh anak, seperti motorik dan sensorik.
  • Dr. Marian Diamond, Profesor University of California-Berkeley, menyimpulkan bahwa pada umur berapapun semenjak manusia lahir hingga meninggal dunia sangat memungkinkan untuk meningkatkan kemampuan mental melalui rangsangan lingkungan
  • Elisabeth G. Hainstock, Penemu metode montessori, menyatakan bahwa puncak perkembangan otak anak adalah saat usia pra sekolah.(Bunda Ranis)

Dari beberapa teori di atas akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa anak belajar calistung semenjak dini bukanlah hal yang tabu. Sangat bisa dan tetap membuat mereka bahagia. Pada masa komunikasi prasimbolik, setiap rangsanan komunikasi memberi pengaruh yang sangat besar bagi keterampilan komunikasi anak, termasuk di dalamnya kemampuan berbahasa dan berpikir. Di masa golden age inilah, anak harus mendapat stimulus yang tepat agar mereka benar-benar dapat tercetak menjadi generasi emas yang dapat memajukan bangsa dan negara. Kuncinya hanya terletak pada cara transfer pengetahuan calistung itu sendiri.

Bila kita dapat menemukan cara atau metode yang tepat dan efektif dalam membaca bagi anak usia dini tanpa mengesampingkan kesenangan mereka, kenapa tidak kita optimalkan saja potensi anak di saat periode keemasan tersebut. Kuncinya adalah kita harus mengikuti dunianya anak-anak, yaitu bermain. Jadi pembelajaran dilakukan dengan cara yang menyenangkan, sehingga anak tidak merasa terpaksa dan dibebani. Pembelajaran dilakukan sambil bermain, maka anak akan lebih mudah paham dan dapat mengingat untuk jangka yang panjang. 

Mamak sendiri mulai memperkenalkan Janna dengan buku di usia Janna yang ke 3 bulan. Buku pertama Janna yaitu soft book keluaran Carters 


Buku ini sekarang masih suka dibuka-buka juga oleh Janna. Apalagi sekarang tangannya sudah bisa mencet-mencet, semakin seru Janna memainkan bukunya. Karena membaca itu menyenangkan. :)





Wednesday, March 14, 2018

Kantong Waktu Ibu

Games Level 5: Hari ke-5 Kantong Waktu Ibu

Pada postingan sebelumnya mamak pernah menjanjikan akan berbagi tips membaca bagi irt tanpa art. Nah, kali ini kita akan bahas hal tersebut yaa..

Kita tau bagaimana sibuknya menjadi ibu rumah tangga tanpa asisten rumah tangga. Mengurus semuanya sendiri dari A-Z. Dengan kesibukan tersebut, irt rentan terhadap stress. Untuk itu ibu sebaiknya menyediakan waktu khusus untuk me time. Masalahnya, emang ada waktu buat me time??

Setahun menjadi irt membuat mamak belajar banyak hal, salah satunya membagi waktu. Walaupun belum se-expert ibu-ibu lainnya sih. 

Di awal-awal rasanya keteteran sekali, rasanya waktu yang ada tidak cukup dibandingkan dengan to do list yang buanyiak banget. Sekarang mamak sudah mulai bisa membaca buku setiap hari. Bagaimana caranya? Dengan memanfaatkan kantong waktu yang ada.

Kantong waktu / time pockets adalah istilah dimana kita memiliki waktu luang di antara dua kejadian. Contoh kantong waktu adalah saat kita menunggu seseorang, berada di perjalanan, berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lain dan sebagainya.

Kalau buat mamak di rumah, kantong waktu mamak yaitu pada saat menyusui. Mamak memanfaatkan waktu menyusui untuk membaca buku, walaupun seringnya tergoda untuk ceki-ceki sosmed. Baiknya sebelum mulai menyusui segera terapkan offline mode pada smartphone, supaya tidak terganggu oleh notif-notif yang masuk dan nantinya berujung mantengin insta story #pengalamanPribadik

Berikut ini tips dari @byputy bagi ibu untuk tetap membaca buku. Tips ini juga yang mamak terapkan sehari-hari..

Tips Untuk Tetap Membaca Buku

  1. Buat target jumlah buku yang mau dibaca dalam rentang waktu tertentu. Nggak usah terlalu ambisius angkanya, hehehe. Sesuaikan dengan kecepatan membaca dan kesibukan kita. Satu buku sebulan misalnya, jadi dalam setahun 12 buku.
  2. Jangan terpatok hanya membaca satu buku dalam satu waktu. Read some books simultaneously. Letakkan di beberapa tempat, misalnya di lantai atas, lantai bawah, di kamar mandi kalau perlu (huahahah!) Ketika merasa bosan, nggak perlu stuck di 1 buku saja. (Saya bisa sampai punya 6 – 7 buku dalam ‘currently reading’ list dengan tema yang bervariasi, dari teenlit sampai buku agama. Bisa ditebak, selalu buku agama yang paling lama selesai :p #PLAK!)
  3. Dedicate some time, misalnya 30 menit sebelum tidur sambil maskeran. (Kalau saya suka baca sambil makan. Mohon maaf untuk teman-teman yang mahzab mindful eating :’)))))))))
  4. Be offline when you want to read. Menurut saya ini yang paling penting sih karena memang harus diakui kalau notifikasi dari smartphone adalah musuhnya baca buku, hehehe.
  5. Coba buat daftar buku yang belum dibaca lalu usahakan untuk membuat janji pada diri sendiri: baru boleh beli buku baru setelah ada buku yang dicoret dari daftar buku tersebut. Bagi saya ini efektif karena sebelum event diskon-diskon buku seperti Big Bad Wolf, saya jadi rajin baca supaya bisa belanja buku-buku lagi, hahaha.
  6. Untuk ibu-ibu yang sudah punya anak yang mulai bisa membaca, coba buat reading time bersama anak. Teorinya, cara paling efektif untuk menularkan hobi kepada anak adalah mencontohkannya. Memang betul, teori itu gampang namun prakteknya ya pasti nggak sesederhana mendengarkan cocote Mario Puguh, hahaha. Ya tapi namanya juga usaha kan :p

Monday, March 12, 2018

Task 4 Shokyu Konmari- Tidying Festival Begins


Akhirnyaaa... yang dinanti hadir juga! 🀩


πŸŽ‰πŸŽ‰ *Tidying Festival*πŸŽ‰πŸŽ‰πŸŽ‰πŸŽ‰

Sejak materi pertama, selalu saja ada yg sudah tidak sabar membahas teknis berbenah ala Konmari. Luarrr biasaaa... artinya teman-teman semua sangat antusias dan bersemangat ingin segera praktik πŸŽ‰πŸŽ‰πŸŽ‰

Baiklah, selamat datang di Task 4 😍

Kali ini tugasnya adalah *mulai berbenah pakaian*

Kirimkan 4 buah foto berupa:

1. Foto lemari pakaian saat ini (before)




2. Foto smua pakaian yang sudah terkumpul (step 1)




3. Foto pakaian yang sudah lulus uji spark joy sebelum dilipat (step 2)


Tumpukan pakaian Bye-bye



4. Foto pakaian yang sudah dilipat ala Konmari.




Mba Sri yang biasa bantuin setrika akhirnya bisa melipat ala konmari..yeaay

Nah, di bawah ini lemari setelah melewati proses konmari