Games Level 5: Hari ke-6 Mengajarkan Anak Membaca Sejak
Dini?
Berbagai pro dan kontra tentang anak
usia dini, apakah boleh belajar membaca, menulis dan berhitung masih menjadi
pembicaraan di masyarakat. Berbagai penelitian dan pendapat yang mendukung
bahwa anak usia dibawah 7 tahun boleh untuk belajar calistung, dan penelitian
lain berbeda pendapat bahwa anak pada usia tersebut jangan diberikan pelajaran
calistung. Mereka khawatir bila anak sejak kecil sudah dipaksakan belajar, lama
kelamaan akan menjadi bosan dan justru ketika saatnya usia SD mereka justru
akan mogok sekolah.
Alasan kontra tersebut selaras dengan
penelitian seorang ahli psikolog perkembangan anak dari Swiss, Jean Piaget,
seperti yang dituangkan oleh Afin Murtie pada bukunya Mengajari Anak
Calistung dengan Bermain. Ia menyatakan bahwa pendidikan membaca, menulis
dan berhitung jangan sampai diperkenalkan kepada anak-anak dibawah usia 7
tahun. Alasannya, karena pada masa itu anak-anak belum dapat berpikir
operasional konkret sehingga ditakutkan pelajaran tersebut akan membebani
mereka yang belum mampu untuk berpikir secara terstruktur. Sementara itu
kegiatan calistung sendiri didefinisikan sebagai kegiatan yang memerlukan cara
berpikir terstruktur, sehingga tidak sesuai bila diajarkan pada anak usia
dibawah 7 tahun. Apalagi pada anak-anak usia bayi dan balita. Piaget
mengkhawatirkan otak anak-anak tersebut menjadi terbebani dan tujuan awal
mencerdaskan anak menjadi dilema karena justru anak-anak menjadi tidak bahagia
dan tidak bisa menikmati kehidupan mereka.
Tetapi Jim Trelease menunjukkan dalam
bukunya yang bertajuk The Read Aloud Handbook bahwa mengenalkan membaca
kepada anak dapat dimulai semenjak anak mulai mampu mengikuti gerakan kita
dengan penglihatannya. Ini sekitar usia 4 bulan.
Selain Jim Trelease ada beberapa
peneliti lainnya yang menyangkal pendapat Piaget tersebut, diantaranya :
- Glenn
Doman dengan kartu flash-nya, dimana ia menunjukkan bahwa pada bayi jauh
lebih mampu belajar dari yang kita bayangkan.
- Howard
Gardner, psikolog perkembangan dari Amerika, tentang cara memandang
calistung sebagai sebagian kecil keterampilan yang seharusnya diperoleh
anak, seperti motorik dan sensorik.
- Dr.
Marian Diamond, Profesor University of California-Berkeley, menyimpulkan
bahwa pada umur berapapun semenjak manusia lahir hingga meninggal dunia
sangat memungkinkan untuk meningkatkan kemampuan mental melalui rangsangan
lingkungan
- Elisabeth
G. Hainstock, Penemu metode montessori, menyatakan bahwa puncak
perkembangan otak anak adalah saat usia pra sekolah.(Bunda Ranis)
Dari beberapa teori di atas akhirnya
dapat ditarik kesimpulan bahwa anak belajar calistung semenjak dini bukanlah
hal yang tabu. Sangat bisa dan tetap membuat mereka bahagia. Pada masa
komunikasi prasimbolik, setiap rangsanan komunikasi memberi pengaruh yang
sangat besar bagi keterampilan komunikasi anak, termasuk di dalamnya kemampuan
berbahasa dan berpikir. Di masa golden age inilah, anak harus mendapat stimulus
yang tepat agar mereka benar-benar dapat tercetak menjadi generasi emas yang
dapat memajukan bangsa dan negara. Kuncinya hanya terletak pada cara transfer
pengetahuan calistung itu sendiri.
Bila kita dapat menemukan cara atau
metode yang tepat dan efektif dalam membaca bagi anak usia dini tanpa
mengesampingkan kesenangan mereka, kenapa tidak kita optimalkan saja potensi
anak di saat periode keemasan tersebut. Kuncinya adalah kita harus mengikuti
dunianya anak-anak, yaitu bermain. Jadi pembelajaran dilakukan dengan cara yang
menyenangkan, sehingga anak tidak merasa terpaksa dan dibebani. Pembelajaran
dilakukan sambil bermain, maka anak akan lebih mudah paham dan dapat mengingat
untuk jangka yang panjang.
Mamak sendiri mulai memperkenalkan
Janna dengan buku di usia Janna yang ke 3 bulan. Buku pertama Janna yaitu soft
book keluaran Carters
Buku ini sekarang masih suka
dibuka-buka juga oleh Janna. Apalagi sekarang tangannya sudah bisa
mencet-mencet, semakin seru Janna memainkan bukunya. Karena membaca itu
menyenangkan. :)