Friday, November 4, 2011

Pagi yang aneh....

Pagi itu seperti biasa gwe tergesa-gesa berangkat ke kantor, jam sudah menunjukkan pukul 9.15. Kantor apaan yang bisa kayak lagini? Apalalagi kalau bukan instansi pemerintahan.

Hehe..*miriss

Sekitaran jam 9.30 sampe dikantor sudah ada beberapa makhluk berkumpul. Ada si Punai yang lagi sibuk dengan BB barunye, ada si bumil yang lagi serius di depan laptopnya, si Dolli yang autis dengan Hp-nya, n si Bobi yang lagi ngisi TTS. Sekilas itulah pemandangan yang terlihat di suatu instansi pemerintahan dipagi hari.

Kalau orang awam melihat pasti akan kesel, apalagi pegawai Bank. Hahaha. Secara gwe juga dulu pegawai Bank, setiap orang dituntut loyalitas maksimalnya buat perusahaan. Ampe2 loe harus ngorbanin family time and me time loe hanya buat kantor. That’s Life, kata temen gwe.
Balik lagi ke-kumpulan makhluk tadi. Si bumil yang lagi serius tadi, ternyata eh ternyata lagi asik maen game, kirain ngerjain kerjaan gituuuh… ckckckck

Pembicaraan pagi itu diawali dengan lontaran pertanyaan gwe yang seperti biasa membuat rusuh. Sampai keluarlah suatu statement dari si Bobi,

“Mana bisa hukum alam ngelawan hukum Allah. Contohnya mana ada laki-laki bisa melahirkan, tapi sekarang tuh Amerika dah mulai mematahkan hukum Allah. Di Al-Quran kan tertulis tak bakalan bisa seorang lelaki melahirkan..”

Kepalaloe gundul? Setau gwee di Al-Quran kagak ada ayatnya deh yang begituan. Amerika juga ga ada tuh bikin penelitian buat bikin kaum berjenggot buntings. Yang ada mah, seorang cowok hasil transplantasi kelamin hamil, itupun karena rahimnya lupa diangkat. Klo cowok tulen mana ada yang bisa hamil kaleee, lha mau ditarok dimana tuh si jabang bayi? Mbok klo ngemeng tu pke isi dong…

Alhasil karena ke-’pintaran’ si Bobi, yang waras terpaksa mengalah dan golongan terombang-ambing terpaksa percaya dengan omongan si Bobi. Golongan waras kayak gwe n si Dolli mengalah supaya tuh omongan Bobi ga kemana-mama..

“Yayaya” sambil senyum-senyum “ooooo gitu ya bg Bobi?” kita bedua sebenernya ngejek, tapi karena ke-‘pintaran’-nya si Bobi ga ngeh.

“gituuuu…” kata si Bobi

Kemudian dengan tergesa-gesa datanglah Jaya..

“Bob km bisa bantu ga?”, kata si Jaya. “ Plafond rumahku ada belatungnya euy”
Dengan ligatnya si Bobi menjelaskan treatment-treatment yang harus dilakukan Jaya untuk mengatasi keanehan tersebut. (Aneh menurut mereka: Red)

“Gini aja Jay, elu buat ramuan yang isinye air putih yang dibaca-bacain dengan Al-Fatihah dan diakhiri dengan 3 kul..”

Si Dolli langsung bersuara layaknya seekor ayam kalkun, “kulkulkulkulkul….”

Hahaha

Hare gene? Seorang lulusan salah satu universitas Islam swasta ternama di Indonesia masiy percaya ama yang begituan?

ckckckck

Klo ada bang Rhoma pasti dia langsung protes, “Sungguh terlalu jreng…jreng…preet”

Usut punya usut ternyata tuh si Mr. Jaya mikirnya ada orang yang iri dengan keluarganya sehingga keluarga mereka diteror dengan serangan belatung. Sungguh primitive sekali pikiranmu naaak…naaaak…

Di jaman orang sibuk2nya mau buat perumahan di bulan, masiii aja ada orang otaknya bocor kyk gini.

Untung Eistein udah ninggal, klo masiy idup diketok-ketok tuh kepala mereka..

Maaap ya eyang Einstein…(T.T)

Begitulah sekilas info pagi itu…

Kita lanjutkan kapan2

C yaa^^



Wednesday, November 2, 2011

Perdanaa...^^

Waduuuuw...
Dah lama dibuat kok ini blog blom ada isinya jugaa ya..?
Hmmmm...
Baiklah...
Iseng2 cari referensi buat blog kyu ini, ketemulah blog punyanya om Pepeng Ferrasta. Ini blog inspiring bangetlah buatku yang kadang suka mengeluh. Salutlah buat om Pepeng, ditengah-tengah penyakit yang diderita , masih sempat meluangkan waktu untuk sekedar ngeblog.

Isi dari blog om pepeng macem2 sih, ada cerpen yang nyebelin karena ujung2nya ngerjain para pembaca, ada kutipan2 tulisan orang2 tentang om Pepeng sendiri. Dan yang membuat hati ini tersentuh ketika membaca postingan yang berjudul  “That’s All”.

“That’s All” merupakan judul buku yang ditulis sang istri, Tami Ferrasta yang bercerita tentang kehidupan pernikahan om Pepeng dan istri. Dalam kata pengantarnya, om Pepeng menyelipkan sebuah puisi yang ditulisnya untuk istri tercinta. Perlu diketahui, sebelumnya om Pepeng nggak pernah sama sekali mengucapkan kata2 sayang kepada sang istri, tante Tami ini.

Dalam puisinya yang sukses membuat saya berkaca2, om Pepeng bercerita tentang pernikahan mereka, mulai dari awal sampai sekarang om Pepeng mengidap penyakit langka. Pada akhir puisi om Pepeng memanggil istrinya dengan sebutan dik Uta. Itu panggilan sayang pertama yang keluar dari mulit om Pepeng setelah mereka menikah selama 25 tahun. Dalam puisi itu juga om Pepeng dengan terangan mengatakan cintanya...

Soooooo sweeeeeet banggeeeeets.... T.T

Intinya adalah, si dia emang tau kalo kamu sayang. Tapi alangkah baiknya apabila rasa sayang itu diungkapkan dengan perkataan. Bukannya sok romantis, tapi cobalah jujur dengan perasaan sendirii...  (Khusus buat yang sudah halal yaa :P)

Ciiiieeee... (kayak yang udah pengalaman aja...)

*jadi maluuu ^^

Nih hasil copas puisinya om Pepeng,

“Dua orang mahasiswa mengikat cinta dalam perkawinan untuk menghindari berbagai hubungan yg dilarang sang Khalik.

Hari itu 30 okt 1983, si pria 29 tahun dan gadisnya 22 tahun.

Dua orang mahasiswa mengikat cinta dalam perkawinan untuk mendapat keturunan seperti yang dipertintahkan sang Khalik.

Anak pertamanya lahir, si bapak mengurus, menjaga malam hari, mengganti popok & memandikan.

Si Ibu menyusui. Mereka masih muda dan saling menyinta. Si pria 32 tahun dan kekasihnya 25 tahun.

Si pria sudah sarjana, setelah 10 tahun, setelah mempunyai anak dua. Mereka masih muda dan saling menyinta, si pria 34 tahun dan kekasihnya 27 tahun.

Si pria sudah bekerja, kekasihnya sudah sarjana, anak mereka sudah 4. Hari itu mereka memasuki rumah yang diidamkan oleh setiap keluarga. Mereka masih bugar dan saling menyinta. Si pria 42 tahun dan kekasihnya 35 tahun.

Hari ini si pria 54 tahun, ia tergeletak karena sakitnya didampingi oleh kekasihnya yang 47 tahun, tidak muda lagi menjelang ulang tahun perkawinan mereka yang ke 25.

Dalam sakitnya berkelebat semua kenangan dengan kekasihnya. Dalam sakitnya ia
menulis untuk kekasihnya:

“Dik Uta,” demikian panggilan kesayangan sang pria setelah sakit untuk kekasihnya yang bernama Utami

“Saya tidak akan pernah lupa ketika awal penyakit itu datang kamu menenangkan saya dengan kata-kata

“Kita sedang menjalani peran baru”

Subhanallah, dik Uta kata-kata itu sangat menjadi inspirasi untuk saya menjalani sakit saya. Dan, saya selalu berdoa,

“Ya Allah berilah kecerdasan untuk kami agar kami selalu melihat semua ketetapanmu melalui sudut pandang yang membahagiakan”.

Peran Baru, itu adalah salah satu sudut pandang yang cerdas dan membahagiakan
Ahh di Uta, teralu banyak dan panjang jika saya tulis betapa rasa terima kasih atas ketegaranmu menjalani peran baru ini.

Saya tahu dik Uta sedih tapi kamu tetap tegar

Saya tahu dik Uta takut, tapi kamu tetap tegar

Saya tahu dik Uta lelah tapi kamu tetap tegar, mengurus saya, membersihkan, dan membalik badan saya setiap 1 jam di malam hari.

Saya tahu dik Uta ingin jalan-jalan untuk hilangkan jenuh tapi kamu tetap tegar mendampingi saya karena saya tidak bisa ditinggal terlalu lama sendiri.

Saya tahu dik Uta selalu mengharapkan kata-kata cinta dari saya tapi kamu tetap tegar walau kamu tak pernah mendengar kata-kata itu.

Hari ini kamu akan mendengarnya dari mulut saya

“Dik Uta, aku cinta kamu tanpa batas”

“Saya akan selalu bahagiakan kamu tanpa batas,”

“Saya akan selalu ada untuk kamu tanpa batas,”

Kelak kalau saya sudah bisa jalan, kita akan pergi kemanapun kamu mau
Yang selama ini hampir tidak pernah kita lakukan.

Dik Uta, pikirkanlah yang terbaik tentang cita-cita kita karena Allah SWT berfirman:

“Aku sebagaimana prasangka hambaKu”

That’s all..