Wednesday, November 2, 2011

Perdanaa...^^

Waduuuuw...
Dah lama dibuat kok ini blog blom ada isinya jugaa ya..?
Hmmmm...
Baiklah...
Iseng2 cari referensi buat blog kyu ini, ketemulah blog punyanya om Pepeng Ferrasta. Ini blog inspiring bangetlah buatku yang kadang suka mengeluh. Salutlah buat om Pepeng, ditengah-tengah penyakit yang diderita , masih sempat meluangkan waktu untuk sekedar ngeblog.

Isi dari blog om pepeng macem2 sih, ada cerpen yang nyebelin karena ujung2nya ngerjain para pembaca, ada kutipan2 tulisan orang2 tentang om Pepeng sendiri. Dan yang membuat hati ini tersentuh ketika membaca postingan yang berjudul  “That’s All”.

“That’s All” merupakan judul buku yang ditulis sang istri, Tami Ferrasta yang bercerita tentang kehidupan pernikahan om Pepeng dan istri. Dalam kata pengantarnya, om Pepeng menyelipkan sebuah puisi yang ditulisnya untuk istri tercinta. Perlu diketahui, sebelumnya om Pepeng nggak pernah sama sekali mengucapkan kata2 sayang kepada sang istri, tante Tami ini.

Dalam puisinya yang sukses membuat saya berkaca2, om Pepeng bercerita tentang pernikahan mereka, mulai dari awal sampai sekarang om Pepeng mengidap penyakit langka. Pada akhir puisi om Pepeng memanggil istrinya dengan sebutan dik Uta. Itu panggilan sayang pertama yang keluar dari mulit om Pepeng setelah mereka menikah selama 25 tahun. Dalam puisi itu juga om Pepeng dengan terangan mengatakan cintanya...

Soooooo sweeeeeet banggeeeeets.... T.T

Intinya adalah, si dia emang tau kalo kamu sayang. Tapi alangkah baiknya apabila rasa sayang itu diungkapkan dengan perkataan. Bukannya sok romantis, tapi cobalah jujur dengan perasaan sendirii...  (Khusus buat yang sudah halal yaa :P)

Ciiiieeee... (kayak yang udah pengalaman aja...)

*jadi maluuu ^^

Nih hasil copas puisinya om Pepeng,

“Dua orang mahasiswa mengikat cinta dalam perkawinan untuk menghindari berbagai hubungan yg dilarang sang Khalik.

Hari itu 30 okt 1983, si pria 29 tahun dan gadisnya 22 tahun.

Dua orang mahasiswa mengikat cinta dalam perkawinan untuk mendapat keturunan seperti yang dipertintahkan sang Khalik.

Anak pertamanya lahir, si bapak mengurus, menjaga malam hari, mengganti popok & memandikan.

Si Ibu menyusui. Mereka masih muda dan saling menyinta. Si pria 32 tahun dan kekasihnya 25 tahun.

Si pria sudah sarjana, setelah 10 tahun, setelah mempunyai anak dua. Mereka masih muda dan saling menyinta, si pria 34 tahun dan kekasihnya 27 tahun.

Si pria sudah bekerja, kekasihnya sudah sarjana, anak mereka sudah 4. Hari itu mereka memasuki rumah yang diidamkan oleh setiap keluarga. Mereka masih bugar dan saling menyinta. Si pria 42 tahun dan kekasihnya 35 tahun.

Hari ini si pria 54 tahun, ia tergeletak karena sakitnya didampingi oleh kekasihnya yang 47 tahun, tidak muda lagi menjelang ulang tahun perkawinan mereka yang ke 25.

Dalam sakitnya berkelebat semua kenangan dengan kekasihnya. Dalam sakitnya ia
menulis untuk kekasihnya:

“Dik Uta,” demikian panggilan kesayangan sang pria setelah sakit untuk kekasihnya yang bernama Utami

“Saya tidak akan pernah lupa ketika awal penyakit itu datang kamu menenangkan saya dengan kata-kata

“Kita sedang menjalani peran baru”

Subhanallah, dik Uta kata-kata itu sangat menjadi inspirasi untuk saya menjalani sakit saya. Dan, saya selalu berdoa,

“Ya Allah berilah kecerdasan untuk kami agar kami selalu melihat semua ketetapanmu melalui sudut pandang yang membahagiakan”.

Peran Baru, itu adalah salah satu sudut pandang yang cerdas dan membahagiakan
Ahh di Uta, teralu banyak dan panjang jika saya tulis betapa rasa terima kasih atas ketegaranmu menjalani peran baru ini.

Saya tahu dik Uta sedih tapi kamu tetap tegar

Saya tahu dik Uta takut, tapi kamu tetap tegar

Saya tahu dik Uta lelah tapi kamu tetap tegar, mengurus saya, membersihkan, dan membalik badan saya setiap 1 jam di malam hari.

Saya tahu dik Uta ingin jalan-jalan untuk hilangkan jenuh tapi kamu tetap tegar mendampingi saya karena saya tidak bisa ditinggal terlalu lama sendiri.

Saya tahu dik Uta selalu mengharapkan kata-kata cinta dari saya tapi kamu tetap tegar walau kamu tak pernah mendengar kata-kata itu.

Hari ini kamu akan mendengarnya dari mulut saya

“Dik Uta, aku cinta kamu tanpa batas”

“Saya akan selalu bahagiakan kamu tanpa batas,”

“Saya akan selalu ada untuk kamu tanpa batas,”

Kelak kalau saya sudah bisa jalan, kita akan pergi kemanapun kamu mau
Yang selama ini hampir tidak pernah kita lakukan.

Dik Uta, pikirkanlah yang terbaik tentang cita-cita kita karena Allah SWT berfirman:

“Aku sebagaimana prasangka hambaKu”

That’s all..





No comments:

Post a Comment