Friday, February 1, 2019

Kisah Habib An-Najar dan Tiga Utusan (Tafsir Yasin)

Firman Allah SWT : “Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka”.

Diceritakan pada suatu ketika Nabi Isa As. mengutus dua orang dari para khawariyyin (pengikut Nabi Isa As.) ke Kota Antokiyah. Ketika dua orang tersebut telah dekat dengan kota tersebut, mereka berdua bertemu dengan seorang kakek yang sedang mengembala kambing. Kakek tersebut bernama Habib An-Najar (An-Najar adalah sebutan seorang tukang kayu). Kemudian mereka berdua mengcapkan salam kepada kakek tersebut. Kakek tersebut pun bertanya :
Kakek : “Siapa kalian berdua ?”
Utusan : “Kami adalah utusan Nabi Isa As. Kami akan mengajak kalian (penduduk desa) meninggalkan berhala dan berganti menyenbah kepada Allah Yang Maha Pengasih.
Kakek  : “Apakah kalian berdua mempunyai pertanda seorang utusan ?”
Utusan : “Tentu, kami bisa mengobati orang sakit dan menyembuhkan penyakit belang dan kusta serta menghidupkan orang yang telah meninggal atas izin Allah Ta’ala.”
Kakek  : “Putraku sedang sakit sejak 60 tahun !”
Utusan :”Pulanglah bersama kami sehingga kami bisa melihat keadaannya”
Sang kakek pun segera pulang bersama kedua utusan tersebut. Setelah sampai di rumah kakek tersebut, kedua utusan tersebut segera mengusap putranya. Dan atas izin Allah seketika itu pun putra kakek tersebut sembuh, sehingga kakek tersebut pun meyakini kedua utusan tersebut. Kabar tersebut pun segera menyebar ke penjuru kota sehingga kedua utusan tersebut menjadi terkenal dan telah banyak menyembuhkan banyak orang sakit di kota tersebut atas izin Allah.
Di kota tersebut berkuasa seorang raja dari kerajaan-kerajaan besar yunani. Raja tersebut bernama Afthoikhis, seorang raja penyembah berhala. Kabar dua orang utusan pun terdengar sampai ke telinga Raja Afthoikhis. Raja Afthoikhis pun segera memanggil kedua utusan tersebut untuk datang ke istana kerajaan. Lekas Raja afthoikhis pun bertanya :
Raja : “Siapa kalian berdua ?”
Utusan : “Kami adalah dua orang utusan Nabi Isa As.”
Raja : “Untuk apa kalian datang ke kota ini ?”
Utusan : “Kami datang untuk mengajakmu meninggalkan tuhan yang tidak bisa mendengar dan melihat kepada tuhan yang maha mendengar dan melihat”
Raja : “Apakah ada tuhan selain tuhan yang kami sembah ?”
Utusan : “Benar, Dia adalah tuhan yang menjadikanmu, merawatmu, dan sesembahanmu.”
Raja : “Berdirilah kalian berdua sehingga aku melihat hukuman kalian !”.
Para penduduk kota pun menyeret mereka berdua ke tengah-tengah pasar, memukuli dan memenjarakan mereka berdua.
(Yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, Maka ketiga utusan itu berkata: “Sesungguhnya Kami adalah orang-orang di utus kepadamu”.
Mendengar kabar  tentang dua utusan yang telah didustakan, Nabi Isa pun segera mengutus seseorang dari khawariyyin yang bernama Syam’un untuk membantu kedua utusan yang telah didustakan. Setelah sampai di kota tersebut, Syam’un segera pergi menuju penjara kerajaan dengan menyamar. Ia brkata pada penjaga penjara “Aku ingin memberi sedikit sedekah dengan roti ini kepada orang-orang di dalam penjara”. Setelah ia diizinkan untuk masuk, ia segera menemui dua utusan tersebut. Ia brkata :
Syam’un : “Bagaimana keadana kalian berdua ?”
Dua utusan : “Atas nikmat Allah kami dalam keadaan yang baik, hanya kami terlalu tergesah-gesah dalam urusan ini.”
Syam’un : “Mengapa kalian tergesa-gesa dalam urusan ini ? kalian layaknya seorang wanita yang melahirkan pada akhir usianya. Ia ingin membesarkan anaknya di pucuk akhir masa hidupnya dengan memberikan makan roti, sedangkan anak itu tidak mengetahui bagaimana ia makan sehingga roti itu hanya tersisa di perut anaknya. Apa kalian tidak mendengar bahwa tergesa-gesa datang dati setan sedangkan besabar datang dari Allah ???”.
Kemudian Syam’un pun segera keluar dari penjara setelah memberikan rotinya. Ia pun hidup dalam lingkungan kota dan bergaul dengan baik kepada para tentara kerajaan sehingga sang raja mendengar tentang kebaikan Syam’un. Sang raja pun mengundangnya ke istana, namun karena tutur kata dan sifatnya yang baik dan sopan akhirnya sang raja pun menjadi akrab dengannya dan memberikan kehormatan baginya. Setiap kali raja dan para penghuni kerajaan beribadah kepada berhala, Syam’un pun berpura-pura ikut serta, memperbanyak ibadah dan menghormati berhala-berhala sehingga mereka menyangka bahwa Syam’un adalah seorang penyembah berhala.
Pada suatu hari Syam’un berkata kepada sang raja :
Syam’un : “Wahai rajaku, telah sampai kabar kepadaku bahwa kamu telah memenjarakan dua orang, kamu telah memukuli mereka saat mereka berdakwah mengajak kepada selain agamamu, apakah kamu berbicara dan mendengar perkataan mereka ?”
Raja  : “Tidak, hanya ada kemarahan antara aku dan mereka berdua.”
Syam’un          : “Jika kamu melihat kebaikan ajakan mereka, mari kita melihat apa yang ada pada ajakan mereka ?!?”.
Raja Afthoikhis pun segera mendatangkan kedua utusan dari penjara dan bertanya kepada mereka :
Syam’un : “Siapa yang menyuruh kalian berdua kesini ?”
Dua utusan : “Allah yang menjadikan segala sesuatu, dan tiada sekutu baginya”
Syam’un  : “Ceritakan tentang tuhanmu kepada kami ?”
Dua utusan :“Sesungguhnya Dia berbuat segala sesuatu dan menghukum apa yang ia kehendaki”
Syam’un  :“Apa pertanda dan bukti yang kalian miliki ?”
Dua utusan : “Sesuatu yang kami pandang di depan mata akan terbelah”
Kemudian didatangkanlah dua buah bulatan yang terbuat dari tanah dan diletakkan di depan mata kedua utusan tersebut. Keduanya pun memandangi dengan penuh konsentrasi pada dua bulatan tersebut, Subhanallah…atas izin Allah keduanya terbelah sehingga mengejutkan sang raja. Syam’un pun berkata kepada sang raja :
Syam’un : “Jika aku bertanya apakah tuhanmu bisa melakukan hal seperti ini, maka bagimu dan tuhanmu suatu kemuliaan.”
Sang raja  : “Wahai Syam’un, sesungguhnya tidak ada sesuatu yang aku sembunyikan darimu. Benar, tuhan yang kami sembah selama ini tidak mampu mendengar, melihat, dan tidak pula mampu memberi manfaat”. Kemudian raja Afthoikhis berkata kepada kedua utusan tersebut :
Raja : “Jika tuhan kalian berdua mampu menghidupkan kembali orang yang telah mati, maka kami akan beriman kepadanya dan kepada kamu berdua !!!”
Utusan  : “Tuhan kami berkuasa atas segala sesuatu”
Kemudian raja Afthoikhis mendatangkan seorang mayat laki-laki (dalam riwayat lain mayat tersebut adalah anak Raja Afthoikhis). Kedua utusan tersebut pun segera berdoa memohon kepada Allah agar keajaiban pun datang, sedangkan Syam’un pun ikut berdo’a dengan samar-samar. Dengan izin Allah, mayat tersebut pun bangun dan dan berkata “Sungguh aku telah terdahulu, aku meninggal dalam keadaan musyik kemudian aku dimasukkan ke dalam tujuh jurang api. Maka sekarang aku memberikan peringatan kepada kamu semua tentang ini, berimanlah kepada Allah”. Kemudian mayat tersebut berkata lagi “Saat dibuka pintu-pintu langit, aku melihat seorang pemuda tampan yang memberikan pertolongan kepada tiga orang itu”. Raja Afthoikhis pun bertanya “Siapa tiga orang itu ?”. Mayat tersebut pun menjawab “Salah satu dari tiga orang tersebut adalah Syam’un dan dua orang ini (sambil menunjuk kea rah kedua utusan)”.
Mendengar demikian, Raja Afthoikhis pun sangat terkejut. Karena Raja Afthoikhis telah mengetahui tentang Syam’un, maka Syam’un pun segera berdakwah mengajak raja untuk menyembah kepada Allah. Kemudian Raja Afthoikhis dan sebagian rakyatnya pun beriman kepada Allah.
Dalam riwayat lain, Raja Afthoikhis tetap membangkang dan teguh dalam kekufurannya. Ia berkata “Kalian (Syam’un dan dua utusan) tidak datang ke kota ini kecuali dengan kemunafikan”.
Mereka menjawab: “Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti Kami dan Allah yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatupun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka”.
Ketika Syam’un dan dua utusan tersebut mendengar apa yang dikatakan raja dan penduduk kota, mereka berkata :
Mereka berkata: “Tuhan Kami mengetahui bahwa Sesungguhnya Kami adalah orang yang diutus kepada kamu”.
Dan kewajiban Kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas”.
Raja dan penduduk kota pun membantah :
Mereka menjawab: “Sesungguhnya Kami bernasib malang karena kamu, Sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya Kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami”.
Mereka mengatakan seperti itu karena dalam kota tersebut banyak orang sakit dengan penyakit yang bermacam-macam. Mereka menyangka bahwa kehadiran para urusan itu hanya membawa sial dan musibah. Mereka berkata kepada para utusan “Musibah ini tidak mengenai kami kecuali karena buruknya kedatangan kalian karena kami tidak pernah melihat kejadian-kejadian aneh sebelum kedatangan kamu semua ke kota kami”. Mereka pun berniat akan melempari batu, merajam, dan melontarkan siksa yang kejam kepada para utusan. Para utusan tersebut pun menjawab :
Utusan-utusan itu berkata: “Kemalangan kamu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib malang)? sebenarnya kamu adalah kaum yang melampui batas”.
Maksudnya segala musibah dan penyakit yang datang karena kekufuran kamu semua (para penduduk kota), jika kamu diberi peringatan dan dinasehati tentang Allah maka kamu semua menerimanya dengan keburukan dan mengancam kami dengan merajam. Kamu semua adalah kaum yang musyik yang melampaui batas.
Pada akhirnya raja dan para penduduk pun sepakat membunuh ketiga utusan tersebut hingga kabar tersebut sampai kepada Habib An-Najar (Si kakek, orang yang pertama kali ditemui).
Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas-gegas ia berkata: “Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu”.
Ikutilah orang yang tiada minta Balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Saat habib An-Najar berkata demikian, para penduduk kota berkata “Kamu telah berganti dari agama kita dan mengikuti agama utusan-utusan ini”. Habib An-Najar menjawab :
Mengapa aku tidak menyembah (tuhan) yang telah menciptakanku dan yang hanya kepada-Nya-lah kamu (semua) akan dikembalikan?
Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain nya jika (Allah) yang Maha Pemurah menghendaki kemudharatan terhadapku, niscaya syafaat mereka tidak memberi manfaat sedikitpun bagi diriku dan mereka tidak (pula) dapat menyelamatkanku?
Ketika para penduduk mendengarnya, mereka berkata “Wahai Habib, para utusan itu telah mencegah agama leluhur kami, maka kembalilah kepada agama kami dan tinggalkan agama para utusan itu. Jika tidak, maka kami akan membunuhmu dengan siksaan yang kejam” Habib An-Najar berkata :
Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata.
Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; Maka dengarkanlah (pengakuan keimanan) ku.
Mendengar demikian, para penduduk kota pun menikam dan mengikat lehernya dengan rantai lalu menyalibnya di pintu kota. Saat Habib An-Najar meninggal dunia, dikatakan kepadanya :
Dikatakan (kepadanya): “Masuklah ke surga”. Ia berkata: “Alangkah baiknya Sekiranya kamumku mengetahui.
Atas apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku Termasuk orang-orang yang dimuliakan”.
Saat itulah dikatakan kepada Habib An-Najar “Wahai jiwa yang tenang, masuklak ke dalam surge, dan tentramlah kamu dari siksa Allah !!!”. Saat itu pula Habib berkata “Alangkah baik sekiranya kaumku mengetahui atas apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampunan kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan”.
Ketika para penduduk kota membunuh Habib dan ketiga utusan tersebut, Allah murka kepada mereka dan memerintahkan Malaikat Jibril untuk menghancurkan mereka. Malaikat Jibril pun datang pada pintu kota dan menggoncangkan seluruh isi kota, teriakan dan jeritan pun terdengar di seluruh penjuru kota. Dan pada akhirnya para penduduk kota tersebut pun mati tanpa tersisa.
Kisah ini diambil dari Kitab Tafsir Surat Yasin Karangan Syekh Khamami, Hal. 05-08.Semoga Allah senantiasa memberikan rohmat-Nya kepada kita sehingga hati kita tetap beristiqomah di jalan-Nya, amin Ya Arhamar Rohimi.

https://alamirfoundatios.wordpress.com