Monday, June 5, 2017

NHW#3 Membangun Peradaban dari Dalam Rumah


Seperti biasa, sebelum mengerjakan NHW saya akan tuliskan di sini resume materi ke-3, sebagai backup catatan bagi saya.

PERADABAN DARI DALAM RUMAH

Disusun oleh Tim Matrikulasi- Institut Ibu Profesional

MEMBANGUN PERADABAN DARI DALAM RUMAH
“ Rumah adalah taman dan gerbang peradaban yang mengantarkan anggota keluarganya menuju peran peradabannya ”
Bunda, rumah kita adalah pondasi sebuah bangunan peradaban, dimana kita berdua bersama suami, diberi amanah sebagai pembangun peradaban melalui pendidikan anak-anak kita. Oleh karena itu sebagai orang yang terpilih dan dipercaya oleh yang Maha Memberi Amanah, sudah selayaknya kita jalankan dengan sungguh-sungguh.
Maka tugas utama kita sebagai pembangun peradaban adalah mendidik anak-anak sesuai dengan kehendakNya, bukan mencetaknya sesuai keinginan kita.

Sang Maha Pencipta menghadirkan kita di muka bumi ini sudah dilengkapi dengan “ misi spesifiknya ”, tugas kita memahami kehendakNya.
Kemudian ketika kita dipertemukan dengan pasangan hidup kita untuk membentuk sebuah keluarga, tidak hanya sekedar untuk melanjutkan keturunan, atau hanya sekedar untuk menyempurnakan agama kita. Lebih dari itu, kita bertemu dengan suami dan melahirkan anak-anak, adalah untuk lebih memahami apa sebenarnya “ peran spesifik keluarga” kita di muka bumi ini.
Hal ini yang kadang kita lupakan, meski sudah bertahun-tahun menikah.
Darimana kita harus memulainya?

PRA NIKAH
Buat anda yang masih dalam taraf memantaskan diri agar mendapatkan partner membangun peradaban keluarga yang cocok, mulailah dengan tahapan-tahapan ini:
a. Bagaimana proses anda dididik oleh orangtua anda dulu?
b. Adakah yang membuat anda bahagia?
c. Adakah yang membuat anda “sakit hati/dendam’ sampai sekarang?
d. Apabila ada, sanggupkah anda memaafkan kesalahan masa lalu orangtua anda, dan kembali mencintai, menghormati beliau dengan tulus?
Kalau empat pertanyaan itu sudah terjawab dengan baik, maka melajulah ke jenjang pernikahan.
Tanyakan ke calon pasangan anda ke empat hal tersebut, minta dia segera menyelesaikannya.

Karena,
ORANG YANG BELUM SELESAI DENGAN MASA LALUNYA , AKAN MENYISAKAN BANYAK LUKA KETIKA MENDIDIK ANAKNYA KELAK

NIKAH
Untuk anda yang sudah berkeluarga, ada beberapa panduan untuk memulai membangun peradaban bersama suami anda dengan langkah-langkah sbb:
Pertama temukan potensi unik kita dan suami, coba ingat-ingat mengapa dulu anda memilih “dia” menjadi suami anda? Apa yang membuat anda jatuh cinta padanya? Dan apakah sampai hari ini anda masih bangga terhadap suami anda?

Kedua, lihat diri kita, apa keunikan positif yang kita miliki? Mengapa Allah menciptakan kita di muka bumi ini? Sampai kita berjodoh dengan laki-laki yang sekarang menjadi suami kita? Apa pesan rahasia Allah terhadap diri kita di muka bumi ini?

Ketiga, lihat anak-anak kita, mereka anak-anak luar biasa. Mengapa rahim kita yang dipilih untuk tempat bertumbuhnya janin anak-anak hebat yang sekarang ada bersama kita? Mengapa kita yang dipercaya untuk menerima amanah anak-anak ini? Punya misi spesifik apa Allah kepada keluarga kita, sehingga menghadirkan anak-anak ini di dalam rumah kita?
Keempat, lihat lingkungan dimana kita hidup saat ini. Mengapa kita bisa bertahan hidup dengan kondisi alam dimana tempat kita tinggal saat ini? Mengapa Allah menempatkan keluarga kita disini? Mengapa keluarga kita didekatkan dengan komunitas-komunitas yang berada di sekeliling kita saat ini?

Empat pertanyaan di atas, apabila terjawab akan membuat anda dan suami memiliki “ misi pernikahan” sehingga membuat kita layak mempertahankan keberadaan keluarga kita di muka bumi ini.

ORANGTUA TUNGGAL (SINGLE PARENT)
Buat anda yang saat ini membesarkan anak anda sendirian, ada pertanyaan tambahan yang perlu anda jawab selain ke empat hal tersebut di atas.
a. Apakah proses berpisahnya anda dengan bapaknya anak-anak menyisakan luka?
b. Kalau ada luka, sanggupkah anda memaafkannya?
c. Apabila yang ada hanya kenangan bahagia, sanggupkah anda mentransfer energi tersebut menjadi energi positif yang bisa menjadi kekuatan anda mendidik anak-anak tanpa kehadiran ayahnya?
Setelah ketiga pertanyaan tambahan di atas terjawab dengan baik, segeralah berkolaborasi dengan komunitas pendidikan yang satu chemistry dengan pola pendidikan anda dan anak-anak.

Karena,
IT TAKES A VILLAGE TO RAISE A CHILD
Perlu orang satu kampung untuk mendidik satu orang anak
Berawal dari memahami peran spesifik keluarga kita dalam membangun peradaban, kita akan makin paham apa potensi unik produktif keluarga kita, sehingga kita bisa senantiasa berjalan di jalanNya.

Karena
Orang yang sudah berjalan di jalanNya, peluanglah yang akan datang menghampiri kita, bukan justru sebaliknya, kita yang terus menerus mengejar uang dan peluang
Tahap berikutnya nanti kita akan makin paham program dan kurikulum pendidikan semacam apa yang paling cocok untuk anak-anak kita, diselaraskan dengan bakat tiap anak, potensi unik alam sekitar, kearifan lokal dan potensi komunitas di sekitar kita.

Kelak, anda akan membuktikan bahwa antara pekerjaan, berkarya dan mendidik anak, bukanlah sesuatu yang terpisahkan, sehingga harus ada yang dikorbankan
Semuanya akan berjalan beriring selaras dengan harmoni irama kehidupan.

Setelah belajar tentang "Membangun Peradaban dari Dalam Rumah" maka pekan ini belajar mempraktekkannya satu persatu.

Tugas NHW pekan ini dikategorikan menjadi 3, yaitu bagi yang belum, menikah, yang sudah menikah, dan bagi single parent. Alhamdulillah saat ini saya sudah hampir 2 tahun menikah, dan sudah dikaruniai seorang anak perempuan.

a.    Awalnya sulit bagi saya untuk mengerjakan NHW ini,karena peserta NHW diminta untuk menuliskan surat cinta kepada suami. Pernikahan kami dulu tidak melalui proses pacaran, jadi ini merupakan surat cinta pertama saya. Saya tidak tau bagaimana menulis surat cinta, sampai-sampai mencari kata kunci “surat cinta” di google.hehehe. umur sudah kepala 3 tapi baru pertama kali menulis surat cinta?

Dalam menuliskannya saya kucing-kucingan dengan suami, menunggu suami tidak ada di rumah, nah ketika suami tidak ada di rumah, saya disibukkan pula dengan segala keperluan bayik dan urusan rumah tangga yang tidak selesai-selesai.fyuh.. ternyata untuk menulis surat cinta dibutuhkan effort yang tinggi. Akhirnya surat cinta selesai sehari sebelum waktu pengumpulan NHW. Saya letakkan surat cinta pertama saya itu di atas laptop suami. 

(penampakan surat cinta, amplopnya aja yaa^^)

Respon suami ketika suami melihat surat itu:
“ehey..ada apa ni? Ciee..cieee..”

Kemudian respon setelah membaca isi surat, suami jadi kalem gitu sambil bilang gini, “makasih ya dek surat cintanya”

Hanya itu? tak sebanding dengan effort yang telah saya keluarkan dan respon ini diluar ekspektasi saya..hahaha. saya pikir bakal ada kecupan manis yang mendarat di kening.wekeke. mamak-mamak kebanyakan nonton sinetron ya gini ini.

Setelah menuliskan surat cinta, saya seperti jatuh cinta kembali kepada suami, diingatkan kembali akan perasaan-perasaan masa pengantin baru dulu. Setelah menuliskannya, saya seperti disadarkan kembali bahwa suami memang layak menjadi ayah dari anak-anak saya.

b. Menenai potensi anak, belum banyak yang dapat saya gali. Karena bayik masih berusia 5,5bulan. Diusia yang masih tak berdaya ini, perkembangannya Alhamdulillah baik, bayik tidak cengeng dan tidak bau tangan. Yang menonjol dari anak-anak seusianya yaitu, bayik anaknya ramah sekali, selalu membalas senyuman orang dan mengajak bicara dengan bahasanya, padahal mama dan babanya tergolong pendiam. Semoga bayik tumbuh sehat dan bermanfaat bagi umat. Aamiin

c. Kekuatan potensi diri saya. Saya orang yang teguh pendirian, suka belajar hal baru, dan ingin berubah menjadi lebih baik. Saya juga menonjol di bidang art, saya merupakan lulusan arsitektur dengan IPK memuaskan dari perguruan negeri favorit. Dengan berlatar belakang hal-hal tersebut semoga saya dapat menjadi istri dan ibu kebanggaan keluarga. Ibu yang bisa mendidik calon-calon pemimpin umat, sebagaimana visi pernikahan kami. Untuk itu, dimulai pada saat cuti melahirkan saya habis, saya sudah stay di rumah untuk membersamai keluarga. Agar perhatian saya kepada keluarga tercurah 100% tanpa terganggu dengan urusan yang lain. Semoga Allah mudahkan perjalanan ini. Aamiin..

d. Saya tinggal di lingkungan padat penduduk di pemukiman mengengah kebawah. Sebagian warga pergi pagi pulang malam dan sebagian ibu-ibunya di rumah. Tantangannya adalah, mengedukasi ibu-ibu rumah tangga agar memiliki kesibukan lain di rumah, agar waktu ibu-ibu tidak habis didepan televisi dan gossip dengan tetangga. Beraat karena kadang saya juga masih melakukannya.
Untuk saat ini saya fokus dalam membangun peradaban dari dalam rumah dahulu. Setelah urusan domestik selesai, baru melebarkan sayap ke ranah publik..semoga Allah mudahkan. Aamiin

No comments:

Post a Comment